Galaxy S25 FE Kalah dari iPhone 13 di Tes Kamera DxOMark!
TEKNOLOGISamsung Galaxy S25 FE resmi masuk dalam daftar skandal performa kamera setelah meraih skor mengecewakan dalam tes resmi DxOMark. Dengan nilai hanya 118 poin, ponsel yang dipasarkan sebagai alternatif terjangkau dari seri flagship ini justru kalah dari iPhone 13 (2021), Google Pixel 6a (2022), bahkan iPhone 12 Pro Max perangkat yang rilis lebih dari tiga tahun lalu.
Hasil ini bukan sekadar angka. Ia menjadi cerminan nyata dari kompromi hardware berlebihan yang dilakukan Samsung demi menekan harga. Di tengah persaingan ketat segmen mid-range, keputusan mengorbankan kualitas kamera justru bisa menjadi langkah strategis yang berisiko tinggi.
Artikel ini mengupas tuntas hasil tes DxOMark, kelemahan teknis Galaxy S25 FE, perbandingan dengan kompetitor, dan implikasi jangka panjang bagi lini Fan Edition Samsung.
Skor 118: Posisi Rendah di Peringkat Global DxOMark
Dalam pembaruan terbaru DxOMark per akhir Oktober 2025, Galaxy S25 FE menempati peringkat ke-123 dalam daftar global kamera smartphone. Angka 118 ini jauh di bawah ekspektasi untuk perangkat dengan harga $499 (sekitar Rp7,5 juta).
Sebagai perbandingan:
- iPhone 13 (2021): 122 poin
- Google Pixel 6a (2022): 122 poin
- iPhone 12 Pro Max (2020): 121 poin
Artinya, ponsel Samsung terbaru kalah dari perangkat yang sudah berusia 3–4 tahun, meski dibanderol dengan harga yang jauh lebih tinggi saat ini.
Spesifikasi Kamera: Komponen Murah Jadi Akar Masalah
Samsung memang melakukan sejumlah penghematan pada S25 FE untuk mencapai titik harga $499. Selain menggunakan chipset Exynos 2400 (bukan Snapdragon 8 Elite), perusahaan juga mengurangi kualitas sensor kamera:
- Kamera utama: 50MP, sensor 1/1.57" cukup besar, tapi bukan yang terbaik di kelasnya
- Ultrawide: 12MP, sensor hanya 1/3" sangat kecil untuk standar 2025
- Telefoto: 8MP dengan 3x zoom optik resolusi rendah dan sensor tidak disebutkan
DxOMark secara eksplisit menyebut bahwa ukuran sensor ultrawide dan telefoto yang terlalu kecil menjadi penyebab utama penurunan kualitas gambar. Sensor kecil = lebih sedikit cahaya yang ditangkap = noise tinggi dan detail hilang.
Kinerja Fotografi: Cukup di Siang Hari, Hancur di Kondisi Sulit
Cahaya Terang: Masih Bisa Diterima
Dalam kondisi pencahayaan ideal, kamera utama S25 FE menghasilkan:
- Eksposur yang stabil
- Warna cukup akurat
- Detail wajah dan objek utama masih terjaga
Namun, begitu pengguna beralih ke kamera ultrawide atau telefoto, kualitas langsung menurun drastis. DxOMark mencatat:
- Noise terlihat bahkan di siang hari
- Kehilangan detail tekstur seperti rambut, kain, atau dedaunan
- Distorsi sudut lebar yang tidak dikoreksi dengan baik
- Potret & Zoom: Kekecewaan Nyata
Fitur portrait mode gagal mempertahankan detail halus. Algoritma bokeh terlalu agresif, membuat tepi objek terlihat “terpotong” dan tidak natural. Sementara itu, zoom 3x menghasilkan gambar yang berbutir dan kabur, jauh dari standar yang diharapkan dari lensa telefoto.
Kinerja Video: Masalah White Balance & HDR yang Tak Konsisten
DxOMark juga memberikan kritik tajam terhadap kemampuan perekaman video S25 FE:
- HDR tidak stabil: adegan dengan kontras tinggi sering underexposed, kehilangan detail di bayangan
- White balance bergeser: muncul warna merah muda (pink cast) yang tidak wajar saat pindah lokasi
- Artifak gerakan: objek bergerak cepat menimbulkan motion blur berlebihan atau judder
- Noise dalam video: terlihat bahkan di lingkungan terang
Masalah ini bukan hanya soal penyetelan perangkat lunak DxOMark menekankan bahwa batasan hardware (terutama sensor kecil dan ISP terbatas di Exynos 2400) adalah akar penyebabnya.
Perbandingan Harga vs Performa: Apakah S25 FE Masih Layak?
Dengan harga $499, konsumen saat ini punya banyak pilihan yang lebih unggul dalam kamera:
Ponsel | Harga (Perkiraan) | Skor DxOMark (Kamera) |
|---|---|---|
Xiaomi 14T / 15 | ~$499 | 125+ |
Google Pixel 10 | ~$529 | 127+ |
iPhone 13 (bekas/refurbished) | ~$450 | 122 |
Galaxy S25 FE | $499 | 118 |
DxOMark secara terbuka merekomendasikan konsumen untuk mempertimbangkan alternatif seperti Xiaomi atau Pixel, yang menawarkan tuning kamera lebih matang, sensor lebih baik, dan pengalaman pengguna lebih konsisten.
Implikasi Strategis: Krisis Identitas Galaxy Fan Edition?
Seri Fan Edition (FE) awalnya lahir sebagai cara Samsung memberikan pengalaman flagship dengan harga lebih terjangkau tanpa mengorbankan inti kualitas. Namun, tren terbaru menunjukkan pergeseran:
- Galaxy S20 FE: sukses besar (kamera kuat, performa solid)
- Galaxy S21 FE: sedikit kompromi, tapi masih kompetitif
- Galaxy S23 FE: mulai dipertanyakan
- Galaxy S25 FE: gagal memenuhi ekspektasi dasar
Kini, dengan Xiaomi, Google, dan bahkan Nothing menawarkan kamera mid-range yang lebih baik, strategi “potong kamera untuk harga murah” Samsung mulai kehilangan relevansi.
Konsumen modern tidak lagi rela berkompromi pada kamera terutama ketika iPhone 13 bekas bisa memberikan hasil lebih baik dengan harga lebih murah.
Kesimpulan: Harga Murah, Tapi Tidak Cerdas
Galaxy S25 FE mungkin menarik bagi pengguna yang mengutamakan desain Samsung, pembaruan perangkat lunak, atau ekosistem Galaxy. Namun, bagi siapa pun yang menjadikan kamera sebagai prioritas utama, ponsel ini bukan pilihan cerdas.
DxOMark menutup ulasannya dengan peringatan tegas:
“Di segmen harga ini, kompromi hardware pada kamera tidak lagi dapat dibenarkan terutama ketika kompetitor lama dan baru sama-sama menawarkan kualitas yang lebih baik.”
Samsung kini menghadapi dilema besar:
- Apakah akan mempertahankan strategi penghematan yang merusak reputasi FE?
- Atau kembali ke akar memberikan nilai sejati bukan hanya label “Flagship Edition” kosong?
Untuk saat ini, Galaxy S25 FE justru menjadi bukti bahwa label “FE” kini lebih mirip “For Economy” daripada “For Enthusiasts.”

Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.