Exynos Akan Berubah Total! Samsung Rekrut Arsitek Chip Senior dari Intel dan AMD
TEKNOLOGISamsung Electronics telah diam-diam merekrut salah satu arsitek chip paling berpengalaman di industri semikonduktor: John Rayfield, mantan Corporate Vice President di AMD. Langkah strategis ini menjadi sinyal kuat bahwa raksasa teknologi Korea Selatan itu serius memperbaiki reputasi dan performa chipset Exynos yang selama ini kerap dianggap kalah dari Snapdragon buatan Qualcomm.
Rayfield kini menjabat sebagai Senior Vice President di Advanced Computing Lab (ACL) di Samsung Austin Research Center (SARC), Texas pusat riset andalan Samsung di luar Asia. Ia dikabarkan telah bergabung sekitar dua bulan lalu, meski pengumumannya baru mencuat setelah pembaruan profil LinkedIn-nya.
Dengan latar belakang selama lebih dari dua dekade di AMD, Intel, Arm, Imagination Technologies, dan NXP, Rayfield membawa keahlian mendalam dalam desain SoC (System-on-Chip), arsitektur GPU, unit pemrosesan AI, dan efisiensi daya tepat di titik-titik lemah yang selama ini menghambat Exynos.
Artikel ini mengupas mengapa langkah ini krusial bagi Samsung, bagaimana Rayfield bisa mengubah arah pengembangan Exynos, dan apa dampaknya bagi jutaan pengguna Galaxy di masa depan.
Siapa John Rayfield? Arsitek Chip dengan Jejak di AMD, Intel, dan Microsoft
Sebelum bergabung dengan Samsung, John Rayfield memainkan peran kunci dalam beberapa proyek teknologi paling ambisius di dunia:
- Di AMD, ia memimpin kolaborasi erat dengan Microsoft untuk mengembangkan Ryzen AI 300 series chip yang menjadi tulang punggung Copilot+ PCs, laptop Windows pertama dengan NPU (Neural Processing Unit) berkinerja tinggi.
- Di Intel, ia memimpin divisi Client AI dan Visual Processing Unit (VPU), fokus pada akselerasi grafis, AI on-device, dan arsitektur komputasi masa depan.
- Ia juga pernah berkontribusi di Arm dan Imagination Technologies, dua perusahaan yang mendesain arsitektur GPU dan CPU yang digunakan miliaran perangkat mobile global.
Pengalaman lintas-platform ini membuat Rayfield memahami tantangan Exynos dari berbagai sudut: dari efisiensi daya di perangkat mobile hingga performa grafis dalam gaming dan AI.
Mengapa Exynos Butuh Penyelamatan?
Sejak peluncuran Exynos 2200 (2022) yang menggunakan arsitektur GPU AMD RDNA 2, Samsung berharap besar bisa menyaingi Snapdragon 8 Gen 1. Namun kenyataannya pahit:
- Performa grafis tidak stabil, terutama dalam beban berat berkepanjangan.
- Efisiensi daya buruk, menyebabkan ponsel cepat panas dan boros baterai.
- Konsistensi antar-regional rendah: pengguna Galaxy dengan Exynos sering melaporkan pengalaman lebih lambat dibanding versi Snapdragon.
Akibatnya, Samsung terpaksa mengandalkan Snapdragon untuk flagship global, termasuk Galaxy S24 di banyak pasar langkah yang mahal dan mengurangi otonomi teknologisnya.
Kritik terhadap Exynos bukan hanya soal teknis, tapi juga strategis. Jika Samsung ingin mengontrol penuh ekosistem perangkatnya seperti Apple dengan chip A dan M series maka keberhasilan Exynos adalah harga mati.
Apa Peran John Rayfield di Samsung? Fokus pada GPU, AI, dan Efisiensi
Menurut sumber internal, Rayfield ditugaskan untuk mengawasi tiga area kritis di bawah naungan Advanced Computing Lab (ACL):
Pengembangan GPU internal
Samsung selama ini bergantung pada lisensi AMD atau Arm untuk GPU. Dengan Rayfield, perusahaan berpotensi membangun arsitektur GPU sendiri yang lebih efisien dan terintegrasi.
Arsitektur SoC generasi berikutnya
Ia akan membantu merancang chip seperti Exynos 2600 (dibangun di fabrikasi 2nm) agar lebih seimbang antara CPU, GPU, dan NPU.
Penelitian IP sistem dan efisiensi daya
ACL akan fokus pada teknologi seperti power gating, thermal throttling optimization, dan manajemen daya dinamis kunci untuk performa berkelanjutan.
Timnya tengah bekerja keras untuk memastikan Exynos mendatang unggul dalam tiga aspek utama:
- Gaming: frame rate stabil, suhu terkendali
- AI: inferensi cepat untuk fitur seperti asisten suara, kamera, dan real-time translation
- Efisiensi: baterai tahan lama bahkan saat multitasking berat
Exynos 2600 dan Masa Depan: Kapan Perubahan Terlihat?
Samsung baru saja mengumumkan Exynos 2600, chip flagship berbasis proses 2nm yang akan menggerakkan Galaxy S26 atau perangkat premium 2026. Namun, pengamat industri meyakini dampak langsung Rayfield belum akan terlihat hingga Exynos 2700 atau 2800.
Mengapa?
Karena desain chip membutuhkan 2–3 tahun dari konsep hingga produksi massal. Rayfield baru bergabung dua bulan lalu artinya, pengaruhnya baru akan terasa pada siklus produk 2027–2028.
Namun, kehadirannya sendiri sudah menjadi sinyal kepercayaan bagi investor, mitra, dan konsumen: Samsung tidak menyerah pada Exynos.
Apa Artinya bagi Pengguna Galaxy?
Untuk pengguna, perbaikan Exynos berarti tiga hal besar:
Performa yang konsisten di seluruh dunia
Tidak ada lagi perbedaan signifikan antara Galaxy dengan Exynos vs Snapdragon.
Harga lebih kompetitif
Dengan mengurangi ketergantungan pada Qualcomm, Samsung bisa menekan biaya dan menawarkan flagship lebih terjangkau.
Inovasi lebih cepat
Chip buatan sendiri memungkinkan integrasi fitur eksklusif seperti AI kamera real-time atau pengisian daya cerdas yang disesuaikan khusus untuk ekosistem Galaxy.
Langkah Strategis dalam Persaingan Global Chip
Langkah merekrut Rayfield juga menunjukkan bahwa Samsung ingin meniru kesuksesan Apple. Seperti Apple yang merekrut insinyur Intel dan AMD untuk membangun chip A-series, Samsung kini mengambil jalan serupa dengan harapan Exynos suatu hari nanti bukan hanya cukup baik, tapi justru menjadi keunggulan kompetitif utama.
Dalam jangka panjang, ini juga tentang kedaulatan teknologi. Di tengah ketegangan rantai pasok global dan persaingan AS-Tiongkok, memiliki kemampuan desain chip penuh menjadi aset strategis nasional bukan hanya komersial.
Kesimpulan: Awal dari Transformasi Exynos yang Ditunggu-Tunggu
Perekrutan John Rayfield bukan sekadar penambahan staf ini adalah pernyataan niat kuat dari Samsung untuk mengembalikan kejayaan Exynos. Dengan pengalaman lintas raksasa teknologi dan fokus pada titik lemah historis Exynos, Rayfield memiliki potensi untuk memimpin transformasi yang selama ini gagal dilakukan.
Meski hasil nyata mungkin masih 2–3 tahun lagi, langkah ini memberi harapan baru:
Suatu hari, pengguna Galaxy tidak perlu lagi berharap mendapat Snapdragon karena Exynos justru jadi pilihan terbaik.
Dan jika Samsung berhasil, bukan hanya Qualcomm yang perlu waspada tapi seluruh industri chip mobile.

Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.